Mengapa Kristen Tidak Lagi Mengamalkan Syariat Musa?

Rabi Yahudi & Kristen
 

SEMESTA SEJARAH - Dalam keyakinan Islam, syariat adalah hukum yang diturunkan Allah kepada para nabi untuk menjadi pedoman hidup umat manusia. Nabi Musa 'alaihis salam menerima syariat yang sangat terperinci untuk Bani Israil, yang meliputi hukum ibadah, makanan halal dan haram, hukum pidana, dan sebagainya. Namun, dalam agama Kristen saat ini, syariat Musa tidak lagi diamalkan secara utuh. Pertanyaannya, mengapa hal itu terjadi? Apakah ada perubahan ajaran? Atau hanya sekadar perbedaan tafsir?

Artikel ini akan mengupas alasan teologis, historis, dan konsekuensi dari tidak diamalkannya lagi syariat Musa oleh umat Kristen, terutama setelah munculnya ajaran Paulus dan keputusan-keputusan gereja awal.

1. Pandangan Kristen tentang Hukum Taurat

Dalam Perjanjian Lama, Taurat merupakan kumpulan hukum yang diturunkan kepada Nabi Musa untuk Bani Israil. Hukum-hukum ini mencakup perintah-perintah ibadah (seperti hari Sabat), hukum sosial, hingga aturan makanan seperti larangan memakan babi dan darah.

Namun dalam Perjanjian Baru, Yesus dikisahkan berkata: "Janganlah kamu menyangka bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya." (Matius 5:17).

Kata "menggenapi" ini menjadi kunci dalam pemahaman Kristen. Sebagian besar gereja menafsirkan bahwa Yesus telah menyempurnakan atau memenuhi tujuan dari hukum Taurat, sehingga umat tidak lagi diwajibkan menjalankan hukum-hukum tersebut secara harfiah. Misalnya, pengorbanan hewan yang dulu diwajibkan untuk menebus dosa dianggap telah digantikan oleh penyaliban Yesus, yang dipercaya sebagai korban penebus dosa umat manusia.

2. Peran Paulus dalam Doktrin Kristen

Paulus adalah tokoh besar dalam sejarah awal gereja. Awalnya ia adalah penentang ajaran Yesus, namun kemudian mengaku mendapat wahyu dan menjadi pengikut Kristus yang aktif menyebarkan ajarannya ke luar komunitas Yahudi. Dalam surat-suratnya yang tercantum dalam Perjanjian Baru, seperti Surat Roma dan Galatia, Paulus menyampaikan bahwa hukum Taurat bukanlah jalan untuk memperoleh keselamatan.

"Sebab kami yakin bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena melakukan hukum Taurat." (Roma 3:28)

Bagi Paulus, yang terpenting adalah iman kepada Kristus, bukan perbuatan hukum. Ia menolak kewajiban sunat, larangan makanan, dan hukum-hukum lain dalam Taurat bagi para pengikut Yesus dari kalangan non-Yahudi. Gagasannya ini sangat berpengaruh dan menjadi dasar teologi Kristen masa kini.

3. Konsili Yerusalem dan Penghapusan Hukum Yahudi

Peristiwa penting lainnya adalah Konsili Yerusalem, seperti yang tertulis dalam Kisah Para Rasul pasal 15. Pada waktu itu, gereja sedang berkembang dan banyak orang non-Yahudi mulai memeluk ajaran Kristen. Timbul perdebatan, apakah mereka harus disunat dan menjalankan seluruh hukum Musa seperti umat Yahudi?

Para pemimpin gereja, termasuk Petrus dan Yakobus, berkumpul untuk mengambil keputusan. Hasilnya: orang-orang non-Yahudi tidak diwajibkan mengikuti seluruh hukum Musa. Mereka hanya diminta menjauhi makanan yang dipersembahkan kepada berhala, darah, daging binatang yang mati dicekik, dan perbuatan cabul. Keputusan ini secara resmi membebaskan umat Kristen dari kewajiban mengikuti syariat Musa secara lengkap.

4. Pergeseran dari Agama Hukum ke Agama Iman

Seiring waktu, ajaran Paulus semakin mendominasi pandangan Kristen. Fokus berpindah dari ketaatan terhadap hukum-hukum lahiriah menjadi kepercayaan kepada penebusan dosa melalui Yesus Kristus. Maka, Kristen modern berkembang sebagai agama yang tidak lagi menekankan syariat formal seperti dalam Taurat.

Misalnya:

Ÿ  Tidak ada kewajiban sunat.

Ÿ  Tidak ada larangan makanan secara mutlak (seperti babi dan darah).

Ÿ  Tidak diwajibkan menjalankan ibadah pada hari Sabat (Sabtu), karena diganti dengan ibadah hari Minggu untuk mengenang kebangkitan Yesus.

Semua ini menunjukkan pergeseran dari hukum kepada "kasih karunia" dan "iman" sebagai dasar keselamatan.

5. Konsekuensi dari Penolakan Syariat

Dari sudut pandang Islam, penghapusan syariat Musa dalam ajaran Kristen merupakan bentuk penyimpangan dari wahyu yang diturunkan kepada Nabi Musa. Dalam Islam, syariat bukan hanya simbol atau sarana spiritual, melainkan aturan hidup yang mengatur seluruh aspek kehidupan.

Syariat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam datang sebagai penyempurna sekaligus penutup semua syariat sebelumnya. Syariat ini berlaku untuk seluruh umat manusia, tidak terbatas pada satu kaum, dan tidak boleh diubah atau ditinggalkan hingga akhir zaman.

Oleh karena itu, bagi umat Islam, ketaatan pada syariat adalah bentuk ketundukan kepada Allah, bukan sekadar ritual, tapi juga penerapan nyata dalam kehidupan.

Kristen tidak lagi mengamalkan syariat Musa bukan karena hukum tersebut salah, tetapi karena dalam pandangan mereka, hukum itu telah "digenapi" oleh Yesus. Namun, jika ditelusuri dari sudut sejarah dan teologi, tampak jelas bahwa banyak ajaran asli yang telah ditinggalkan atau ditafsir ulang.

Bagi kita sebagai Muslim, hal ini menjadi pelajaran penting. Syariat adalah jalan hidup yang diturunkan langsung dari Allah, dan tugas kita adalah menjaga kemurniannya. Karena dalam ketaatan terhadap syariat terdapat keberkahan, ketenangan, dan petunjuk menuju keselamatan dunia dan akhirat.

Semoga tulisan ini menambah wawasan dan menguatkan iman kita, serta mengingatkan akan pentingnya mengikuti petunjuk Allah dan rasul-Nya tanpa menambah atau mengurangi ajaran-Nya.

Dan kalau setelah baca artikel ini kamu jadi pengen taat syariat lebih serius, itu bagus banget. Tapi kalau kamu malah jadi kepikiran, "Eh, jadi boleh makan babi dong?" wah, itu sih tandanya kamu baca sambil ngantuk! 😂

Yuk kita tetap semangat jaga iman dan syariat. Karena hidup ini bukan cuma soal enak-enakan di dunia, tapi soal gimana caranya pulang ke akhirat dengan senyuman... bukan dengan tagihan dosa kayak struk belanja bulanan. 😆

Dukung SEMESTA SEJARAH! Jika Anda menyukai artikel ini, bagikan ke teman-teman Anda atau dukung kami dengan mengikuti media sosial di bawah ini.

Baca Juga/Klik Judul :



Posting Komentar untuk "Mengapa Kristen Tidak Lagi Mengamalkan Syariat Musa?"