Maharani yang Memilih Cinta: Romansa Judith dan Count Baldwin

Ilustrasi Judith dan Count Baldwin

Awal Mula Takdir yang Terkunci

SEMESTA SEJARAH - Angin malam berhembus pelan di pekarangan istana Franka. Judith, putri Raja Charles yang Agung, berdiri di balkon kamarnya, menatap bulan dengan hati gelisah. Hatinya telah lama kosong, bahkan setelah menikah dua kali, ia tidak merasakan cinta sejati.

"Aku bukan ratu yang menginginkan takhta," bisiknya lirih. "Aku hanya seorang wanita yang ingin dicintai."

Sejak pernikahan pertamanya dengan Raja Æthelwulf dari Wessex, hidupnya terasa seperti tawanan politik. Setelah suaminya wafat, ia dipaksa menikahi anak tirinya, Raja Æthelbald. Namun, takdir berbicara lain. Judith kembali ke istana ayahnya setelah pernikahannya dibatalkan, tetapi di sanalah ia bertemu dengan pria yang akan mengubah segalanya, Count Baldwin dari Flanders.

Pertemuan yang Mengguncang Hati

Suatu malam di taman istana, Baldwin memberanikan diri mendekati Judith. Ia tahu bahwa wanita di hadapannya bukan hanya seorang putri, tetapi juga seorang ratu yang pernah duduk di singgasana.

"Yang Mulia," suara Baldwin dalam dan tenang, "aku telah lama mengagumi keberanian dan ketabahanmu. Tapi malam ini, aku datang bukan sebagai seorang pejabat kerajaan, melainkan sebagai seorang pria yang jatuh hati."

Judith menatapnya dengan sorot mata ragu. "Baldwin, kau tahu ini mustahil. Ayahku takkan pernah mengizinkan kita bersama. Aku telah menikah dua kali, dan aku tak ingin hidupku dikendalikan lagi."

Baldwin menggenggam tangan Judith dengan lembut. "Kita tak bisa memilih di mana kita lahir, tapi kita bisa memilih dengan siapa kita ingin hidup. Jika kau bersedia, aku akan membawamu pergi dari sini. Aku akan melindungimu."

Hati Judith bergetar. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia merasa seseorang menginginkannya bukan karena status, tetapi karena dirinya sendiri.

Amarah Sang Raja dan Tekad Seorang Wanita

Kabar tentang hubungan mereka akhirnya sampai ke telinga Raja Charles yang Murka. Sang raja tak bisa menerima bahwa putrinya, seorang bangsawan tinggi, memilih pria 'biasa' seperti Baldwin.

"Kau telah mencoreng kehormatanku!" bentak Raja Charles. "Seorang putri kerajaan tidak bisa menikahi pria tanpa persetujuanku!"

Judith mengangkat dagunya, meski air mata menggenang di matanya. "Ayah, aku tidak ingin hidup dalam kandang emas lagi. Aku ingin mencintai dan dicintai dengan tulus. Jika kau tidak merestui kami, maka kami akan pergi."

Raja Charles menatap putrinya dengan amarah bercampur kepedihan. Ia tahu, Judith bukan lagi gadis kecil yang bisa ia atur sesuka hati.

Baldwin pun berdiri tegak, menunjukkan keberanian yang jarang dimiliki pria di hadapan seorang raja. "Yang Mulia, aku mencintai putrimu dengan segenap hatiku. Aku tidak meminta harta, takhta, atau gelar. Aku hanya ingin menemaninya menjalani hidup dengan bahagia."

Pelarian di Bawah Cahaya Bulan

Malam itu, di bawah rembulan yang menjadi saksi, Judith dan Baldwin melarikan diri. Mereka menunggang kuda dengan kecepatan penuh, meninggalkan istana, meninggalkan aturan yang mengikat, dan memilih takdir mereka sendiri. Perjalanan mereka tidak mudah. Mereka harus bersembunyi di desa-desa terpencil, menghindari kejaran pasukan Raja Charles.

Di tengah perjalanan, di sebuah gubuk kecil di pinggiran sungai, Baldwin memandang Judith yang tampak lelah namun bahagia. "Aku bersumpah, aku akan membuatmu bahagia, Judith. Meski dunia menentang kita."

Judith tersenyum, air matanya jatuh. "Aku tidak pernah merasa sehidup ini, Baldwin. Bersamamu, aku menemukan kebebasan yang selama ini kudambakan."

Akhir yang Indah: Cinta yang Menang

Beberapa bulan kemudian, setelah melihat tekad dan kesetiaan Baldwin, Raja Charles akhirnya memberikan restunya. Judith dan Baldwin pun menikah dan menjadi penguasa pertama Flanders, memulai sebuah dinasti yang akan bertahan berabad-abad.

Di hari pernikahan mereka, Baldwin membisikkan sesuatu di telinga Judith. "Aku pernah berkata bahwa aku akan melindungimu. Hari ini, kau tidak hanya menjadi istriku, tetapi juga ratu di hatiku selamanya."

Judith tersenyum, menatap pria yang dipilihnya dengan hatinya sendiri.

Cinta yang Mengalahkan Segalanya

Kisah Judith dan Baldwin adalah bukti bahwa cinta sejati tidak mengenal batas. Seorang maharani memilih untuk melepaskan gelar dan kemewahan demi cinta yang tulus. Di dunia yang penuh intrik politik dan pernikahan yang diatur, mereka berani melawan arus dan menulis kisah mereka sendiri.

Dari kisah ini Guys, kita dapat menyimpulkan bahwa cinta tidak memandang Strata Sosial. Bagi pembaca yang masih Cowok muda dan memiliki teman entah putri Bupati, Camat atau Kepala Desa atau bahkan putri Gubernur. Jika anda memiliki rasa cinta selama ini yang terpendam, mungkin setelah membaca artikel ini siapkan mental dan berangkatlah menggapai Cintamu. Mudah-mudahan tanpa menduakan Tuhan ya Guys, tingkat keberhasilanmu akan naik dari 1 % menjadi 1,5 %. 😜

Dukung SEMESTA SEJARAH! Jika Anda menyukai artikel ini, bagikan ke teman-teman Anda atau dukung kami dengan mengikuti media sosial di bawah ini.

Baca Juga/Klik Judul :

Posting Komentar untuk "Maharani yang Memilih Cinta: Romansa Judith dan Count Baldwin"