Maryam, Wanita yang Dimuliakan Tuhan: Sebuah Kisah dari Kitab-Kitab Suci

Ilustrasi

SEMESTA SEJARAH - Dalam sebuah negeri yang jauh di masa lalu, hiduplah seorang wanita salehah bernama Hannah. Ia adalah istri dari Imran, seorang pria yang dikenal karena kesalehannya. Meski usianya kian menua, Hannah belum juga dikaruniai keturunan. Namun, ia tidak pernah berhenti berdoa kepada Tuhan, berharap agar rahimnya yang sunyi diberkahi seorang anak.

Pada suatu hari, saat Hannah duduk di bawah naungan pohon dan melihat burung-burung memberi makan anak-anaknya, hatinya tergetar. Dengan penuh harapan, ia menengadahkan tangan ke langit dan berbisik, "Ya Tuhan, jika Engkau memberiku seorang anak, aku akan mempersembahkannya hanya untuk-Mu, agar ia mengabdi di rumah ibadah-Mu."

Tuhan mendengar doa itu, dan tak lama kemudian, Hannah mengandung. Kebahagiaan memenuhi hatinya, namun Imran, suaminya, meninggal dunia sebelum dapat melihat buah cinta mereka lahir ke dunia. Meski berduka, Hannah tetap berpegang teguh pada janjinya kepada Tuhan.

Ketika tiba saatnya melahirkan, Hannah terkejut karena anak yang dilahirkannya adalah seorang perempuan. Dalam tradisi kala itu, para pelayan rumah ibadah umumnya adalah laki-laki. Namun, ia tetap berpegang pada nazarnya dan berkata, "Ya Tuhan, aku telah melahirkan seorang anak perempuan, dan aku menamakannya Maryam. Aku memohon perlindungan-Mu baginya dan bagi keturunannya dari godaan setan yang terkutuk." (Al-Qur'an, Surah Ali 'Imran 3:35-36)

Maryam tumbuh menjadi anak yang istimewa. Ia ditempatkan di bawah asuhan seorang nabi mulia, Zakaria, yang juga menjadi wali serta gurunya. Setiap kali Zakaria memasuki ruang ibadah tempat Maryam tinggal, ia sering menemukan makanan yang bukan dari musimnya. "Dari mana engkau mendapatkan ini, Maryam?" tanyanya suatu hari.

Dengan wajah yang berseri-seri, Maryam menjawab, "Ini dari Allah. Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan." (Al-Qur'an, Surah Ali 'Imran 3:37)

Jawaban itu semakin meyakinkan Zakaria bahwa Maryam adalah seorang wanita yang diberkahi. Ia tumbuh dengan ketaatan yang luar biasa, menghabiskan waktunya dalam ibadah dan penghambaan kepada Tuhan. Kemurnian hatinya menjadikannya wanita yang berbeda dari yang lain.

Hingga suatu hari, saat Maryam menyendiri dalam perenungannya, malaikat datang dalam wujud seorang pria tampan. Maryam terkejut dan berkata, "Aku berlindung kepada Tuhan darimu, jika engkau bertakwa."

Malaikat itu tersenyum dan berkata, "Aku hanyalah utusan Tuhanmu, datang untuk menyampaikan kabar gembira. Engkau akan melahirkan seorang anak yang suci." (Al-Qur'an, Surah Maryam 19:17-19)

Maryam terperanjat, "Bagaimana mungkin aku memiliki seorang anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-laki?"

Malaikat itu berkata, "Demikianlah, Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki. Jika Dia berkehendak, maka cukup dengan berkata, 'Jadilah,' maka terjadilah." (Al-Qur'an, Surah Ali 'Imran 3:47)

Maka, Maryam mengandung seorang anak yang kelak akan menjadi salah satu nabi besar, Isa Al-Masih. Namun, ketika Maryam melahirkan anaknya, ia menghadapi fitnah dan tuduhan dari kaumnya. Mereka menuduhnya telah melakukan dosa besar.

Saat itu, Tuhan memberikan mukjizat kepada Isa yang masih bayi. Dengan izin Tuhan, bayi Isa berbicara untuk membela ibunya:

"Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Kitab (Injil) dan Dia menjadikanku seorang nabi. Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku shalat dan zakat selama aku hidup. Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikanku seorang yang sombong lagi celaka." (Al-Qur'an, Surah Maryam 19:30-32)

Perjalanan Maryam ke Betlehem tidaklah mudah. Saat kandungannya semakin besar, ia harus menempuh perjalanan jauh bersama Yusuf, seorang lelaki saleh yang melindunginya. Mereka berjalan melewati perbukitan dan padang pasir, menghadapi angin dingin malam dan terik matahari siang.

Sesampainya di Betlehem, kota itu penuh sesak karena sensus yang sedang berlangsung. Tidak ada tempat yang tersedia bagi mereka di penginapan. Dengan penuh kesabaran, mereka akhirnya menemukan tempat berlindung di sebuah kandang sederhana. Di sanalah, dalam keheningan malam, Maryam melahirkan putranya, Isa.

"Demikian juga Yusuf pergi dari kota Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Betlehem, karena ia berasal dari keturunan dan keluarga Daud. Ia pergi untuk didaftarkan bersama dengan Maria, tunangannya, yang sedang mengandung. Ketika mereka berada di sana, tibalah waktunya bagi Maria untuk melahirkan." (Lukas 2:4-6)

Tangisan pertama sang bayi memecah keheningan, sementara Maryam menatapnya dengan penuh kasih. Ia menyadari bahwa anak ini adalah anugerah besar dari Tuhan, sebagaimana yang telah disampaikan oleh malaikat.

Di tengah berbagai cobaan dan fitnah yang menerpanya, Maryam tetap teguh dalam keimanannya, dan karena kesuciannya, Tuhan mengangkatnya sebagai wanita paling mulia sepanjang masa, yang namanya diabadikan dalam kitab-kitab suci.

Hal itu juga diperkuat ayat Al-Qur'an berikut ini:

"Dan (ingatlah) ketika malaikat berkata, 'Wahai Maryam! Sesungguhnya Allah telah memilihmu, menyucikanmu, dan melebihkanmu atas semua wanita di seluruh dunia.'" (QS. Ali 'Imran 3:42)

Mengenai akhir hidupnya, berbagai kisah muncul di antara para sejarawan dan ahli kitab. Sebagian mengatakan bahwa Maryam menghabiskan sisa hidupnya dalam kesunyian dan ibadah, jauh dari hiruk-pikuk dunia. Ia meninggal dalam ketenangan, diiringi doa dan pujian dari orang-orang yang mencintainya.

Versi lain menyebutkan bahwa Maryam wafat di wilayah Ephesus, tempat beberapa pengikut putranya menetap setelah peristiwa besar yang mengguncang mereka. Ia hidup dalam kebersahajaan, dihormati oleh murid-murid Isa yang masih setia.

Ada juga yang percaya bahwa Maryam diangkat ke langit oleh Tuhan, sebagaimana anaknya. Bahwa tubuhnya tidak dibiarkan terjamah tanah, tetapi diangkat dalam kemuliaan, meneguhkan kedudukannya sebagai wanita yang diberkahi sepanjang zaman.

Bagaimanapun akhirnya, Maryam tetap menjadi sosok yang dihormati dalam berbagai tradisi, namanya abadi dalam sejarah, dan kehidupannya menjadi inspirasi bagi generasi setelahnya.

Al-Qur'an lebih banyak menceritakan tentang Maryam dibandingkan Bibel, sehingga dalam kisah ini, ayat-ayat dan cerita dari Al-Qur'an lebih banyak digunakan.

Maryam, sosok wanita paling mulia sepanjang sejarah, telah mengajarkan kita tentang keteguhan iman, kesabaran, dan keberanian dalam menghadapi ujian. Dari do’a ibunya yang tulus hingga mukjizat yang menyertainya, kisahnya terus menggema di hati jutaan orang hingga hari ini.

Kalau dipikir-pikir, Maryam adalah bukti bahwa wanita punya kekuatan luar biasa, bukan cuma fisik, tapi juga keteguhan jiwa. Bayangkan, menghadapi fitnah, perjalanan berat, dan membesarkan seorang nabi sendirian, semuanya dengan penuh keyakinan.

Jadi, kalau hari ini kamu lagi galau atau merasa hidup berat, ingatlah Maryam. Tuhan selalu punya rencana terbaik, bahkan di saat segalanya terasa sulit. Semesta sudah membuktikannya! 😇✨

Dukung SEMESTA SEJARAH! Jika Anda menyukai artikel ini, bagikan ke teman-teman Anda atau dukung kami dengan mengikuti media sosial di bawah ini.

Baca Juga/Klik Judul :


Posting Komentar untuk "Maryam, Wanita yang Dimuliakan Tuhan: Sebuah Kisah dari Kitab-Kitab Suci"