![]() |
Torah & Biblos |
SEMESTA SEJARAH - Sejarah agama-agama Samawi memang penuh dengan perbedaan dan persamaan yang bisa membuat kita semakin penasaran. Salah satu topik yang sering menjadi perdebatan adalah bagaimana ajaran Nabi Musa, atau yang lebih dikenal dalam tradisi Kristen sebagai "Moses," dipahami dalam Islam dan Kristen. Walaupun kedua agama ini mengakui Nabi Musa sebagai seorang nabi besar yang diutus oleh Tuhan, ternyata ada perbedaan mendalam dalam cara mereka memandang ajaran yang dibawa oleh Nabi Musa.
Mari kita simak perjalanan sejarah yang panjang ini.
Perjanjian Lama: Sebuah Landasan dalam Kristen
Dalam tradisi Kristen, Perjanjian Lama (Old Testament) adalah bagian pertama dari Alkitab yang mencakup sejarah umat Israel, termasuk kehidupan dan ajaran Nabi Musa. Perjanjian Lama menceritakan kisah pembebasan umat Israel dari perbudakan di Mesir, di mana Musa memainkan peran utama sebagai pemimpin dan pembimbing mereka.
Ajaran Musa dalam Perjanjian Lama adalah tentang hukum-hukum Tuhan yang terkandung dalam Taurat (Torah), yang terdiri dari lima kitab: Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, dan Ulangan. Kitab-kitab ini menggambarkan peraturan-peraturan yang harus diikuti oleh umat Israel untuk hidup sesuai dengan kehendak Tuhan, serta berbagai peristiwa yang terjadi dalam sejarah umat Israel.
Namun, dalam Kristen, Perjanjian Lama bukan hanya dianggap sebagai kitab sejarah. Ia juga dianggap sebagai dasar dari ajaran moral dan spiritual yang melandasi ajaran Yesus. Meskipun begitu, Kristen tidak mengharuskan umatnya untuk mengikuti sepenuhnya hukum-hukum yang ada dalam Perjanjian Lama, terutama dalam hal ibadah dan syariat, karena dalam pandangan Kristen, Yesus datang untuk menggenapi hukum-hukum itu dan membawa pesan kasih yang lebih universal.
Perjanjian Baru: Ajaran Yesus dan Pembaharuan Hukum
Beralih ke Perjanjian Baru, kita menemukan narasi yang berbeda. Perjanjian Baru dimulai dengan kisah kelahiran, kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus Kristus. Dalam Perjanjian Baru, Yesus datang dengan misi untuk membawa pembaharuan dalam ajaran agama yang ada, terutama dalam kaitannya dengan hukum-hukum Taurat. Yesus memandang dirinya sebagai penggenap nubuat-nubuat yang terdapat dalam Perjanjian Lama, namun ia juga mengajarkan bahwa kasih kepada Tuhan dan sesama adalah inti dari hukum yang sejati.
Jadi, meskipun Yesus adalah sosok yang sangat dihormati dalam Kristen, pandangan Kristen tentang ajaran Nabi Musa agak berbeda dengan pandangan Islam. Di dalam Kristen, hukum-hukum Taurat bukan lagi menjadi kewajiban mutlak bagi umat Kristen, melainkan sebagai pedoman moral yang bisa diadaptasi sesuai dengan ajaran Yesus. Oleh karena itu, beberapa aturan yang ketat dalam Perjanjian Lama, seperti larangan makan babi atau kewajiban beribadah dengan cara tertentu, tidak lagi diharuskan dalam Kristen.
Pandangan Islam terhadap Ajaran Musa
Sekarang, kita beralih ke Islam, yang juga memandang Nabi Musa sebagai nabi yang sangat dihormati. Dalam Al-Qur'an, Nabi Musa (Musa dalam bahasa Arab) disebutkan banyak kali sebagai rasul yang diutus oleh Tuhan untuk membimbing Bani Israil. Ajarannya dianggap sebagai wahyu yang diberikan oleh Tuhan melalui Taurat, yang juga berisi hukum-hukum syariat yang harus diikuti oleh umatnya.
Namun, dalam pandangan Islam, Taurat yang dibawa oleh Nabi Musa tidaklah dianggap sebagai wahyu yang telah berubah atau disesuaikan dengan zaman, seperti dalam pandangan Kristen. Islam meyakini bahwa Taurat adalah kitab yang benar pada masanya, namun banyak perubahan terjadi pada teks-teks yang ada dalam Injil dan Alkitab, yang menyebabkan hukum-hukum tersebut tidak lagi diterapkan secara utuh.
Yang lebih penting, dalam Islam, Nabi Musa tidak dianggap sebagai penggenap hukum atau membawa pembaharuan dalam cara yang sama seperti yang diyakini oleh Kristen melalui Yesus. Islam mengajarkan bahwa setiap nabi memiliki wahyu yang spesifik untuk umat mereka, dan Musa memiliki peran untuk membawa umatnya pada hukum yang lebih adil dan sesuai dengan kehendak Tuhan. Namun, setelah kedatangan Nabi Muhammad, umat Islam percaya bahwa wahyu terakhir telah diberikan dalam bentuk Al-Qur'an, yang memuat perintah-perintah dan petunjuk hidup yang berlaku hingga akhir zaman.
Mengapa Perbedaannya Bisa Terjadi?
Lalu, mengapa ada perbedaan signifikan antara ajaran Musa dalam Islam dan Kristen? Perbedaan ini dapat dipahami melalui beberapa faktor, antara lain:
Perbedaan Perspektif terhadap Hukum
Dalam Kristen, ajaran Yesus dianggap sebagai pembaruan dan pelengkap dari hukum-hukum Musa. Sementara dalam Islam, ajaran Musa tetap dianggap sebagai bagian dari wahyu yang tidak berubah, namun dilengkapi dengan wahyu terakhir yang dibawa oleh Nabi Muhammad.
Fokus pada Pengampunan vs. Ketaatan
Kristen lebih menekankan pada kasih dan pengampunan yang dibawa oleh Yesus, sementara Islam tetap menekankan pentingnya ketaatan terhadap hukum-hukum yang diwahyukan oleh Tuhan, yang dianggap berlaku sepanjang masa.
Penyebaran dan Perkembangan Agama
Perkembangan kedua agama ini di luar Tanah Israel, serta perubahan dalam budaya dan masyarakat, turut mempengaruhi bagaimana ajaran-ajaran tersebut dipahami dan diterapkan oleh umatnya.
Jadi, meskipun ajaran Nabi Musa dihormati baik dalam Islam maupun Kristen, kita bisa melihat bahwa setiap agama punya cara pandang yang berbeda. Itu seperti dua orang yang sama-sama menonton film yang sama, tapi satu orang lebih suka genre drama dan yang satu lagi lebih suka genre komedi. Keduanya menonton film yang sama, tapi cara mereka menikmatinya sangat berbeda!
Pada akhirnya, perbedaan ini membuat kita lebih memahami bahwa sejarah agama-agama ini bukan hanya tentang mengikuti satu ajaran, tapi juga tentang bagaimana kita belajar dari masa lalu untuk kehidupan yang lebih baik hari ini. Jadi, jangan terlalu serius, guys! Perbedaan itu sebenarnya indah, kan?
Dukung SEMESTA SEJARAH! Jika Anda menyukai artikel ini, bagikan ke teman-teman Anda atau dukung kami dengan mengikuti media sosial di bawah ini.
Baca Juga/Klik Judul :
Posting Komentar untuk "Sejarah Perjanjian Lama dan Baru: Mengapa Ajaran Musa Berbeda dalam Islam dan Kristen?"
Silakan beri saran tentang tokoh sejarah, peristiwa, atau agama Samawi yang ingin Anda baca di SEMESTA SEJARAH. Saya akan mempertimbangkan untuk menulisnya!