Jibril, Roh Kudus, dan Gabriel dalam Islam, Kristen, dan Yahudi: Sosok yang Sama atau Berbeda?

 

Ilustrasi

SEMESTA SEJARAH - Dalam ajaran agama Samawi yaitu Islam, Kristen, dan Yahudi terdapat sosok yang dikenal sebagai Jibril, Gabriel, dan Roh Kudus. Ketiga istilah ini sering kali menimbulkan perdebatan, terutama terkait apakah mereka merujuk pada entitas yang sama atau memiliki perbedaan fundamental dalam setiap kepercayaan.

Dalam Islam, Jibril adalah malaikat yang bertugas menyampaikan wahyu kepada para nabi. Dalam Kekristenan, Gabriel juga dikenal sebagai malaikat pembawa kabar, namun ada juga konsep Roh Kudus yang berperan dalam membimbing umat. Sementara itu, dalam Yudaisme, Gabriel dipandang sebagai malaikat penting dalam kitab-kitab Ibrani.

Lalu, apakah Jibril dalam Islam sama dengan Gabriel dalam Kekristenan dan Yudaisme? Bagaimana peran Roh Kudus dalam konsep ini? Artikel ini akan meninjau ketiga istilah tersebut berdasarkan sumber utama dari Al-Qur'an, Alkitab, dan Taurat untuk memahami kesamaan serta perbedaannya.

Jibril dalam Islam

Dalam Islam, Jibril adalah salah satu malaikat utama yang bertugas menyampaikan wahyu dari Allah kepada para nabi. Al-Qur'an menyebutnya sebagai Rasūl Karīm (utusan yang mulia) dan al-Amīn (ruh yang terpercaya), yang menunjukkan kedudukannya yang tinggi di antara para malaikat.

Jibril sebagai Malaikat Wahyu dalam Al-Qur'an

Jibril disebut sebagai pembawa wahyu kepada Nabi Muhammad , sebagaimana dijelaskan dalam ayat berikut:

"Katakanlah: Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka (ketahuilah) bahwa dialah yang menurunkannya (Al-Qur'an) ke dalam hatimu dengan seizin Allah, membenarkan apa yang sebelumnya, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang beriman."
(QS. Al-Baqarah [2]: 97)

Ayat ini menegaskan bahwa Jibril adalah perantara yang menurunkan wahyu dari Allah kepada Nabi Muhammad . Selain itu, dalam QS. An-Najm [53]: 4-5, disebutkan bahwa Al-Qur'an diwahyukan melalui "yang sangat kuat", yang oleh para mufasir diartikan sebagai Jibril:

"Dan tidaklah yang diucapkannya (Al-Qur'an) itu menurut keinginannya. Itu tidak lain adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). Yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat."
(QS. An-Najm [53]: 3-5)

Selain kepada Nabi Muhammad , Jibril juga merupakan malaikat yang menyampaikan wahyu kepada para nabi sebelumnya, termasuk Nabi Musa (QS. Al-Baqarah [2]: 87) dan Nabi Isa (QS. Al-Ma'idah [5]: 110).

Hubungan Jibril dengan Ruhul Qudus dalam Islam

Dalam beberapa ayat, istilah Ruhul Qudus (Roh Kudus) disebutkan sebagai pendukung wahyu kepada Nabi Isa عليه السلام:

"Dan Kami telah memberikan kepada Isa putra Maryam bukti-bukti kebenaran dan Kami memperkuatnya dengan Ruhul Qudus."
(QS. Al-Baqarah [2]: 87)

Sebagian besar ulama tafsir, termasuk Ibnu Katsir, menafsirkan bahwa Ruhul Qudus dalam ayat ini merujuk kepada Jibril, karena ia adalah malaikat yang membantu dan memperkuat para nabi dengan wahyu dan petunjuk dari Allah.

Hal ini juga ditegaskan dalam ayat lain:

"Katakanlah: Ruhul Qudus menurunkan (Al-Qur'an) dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang beriman dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri."
(QS. An-Nahl [16]: 102)

Dalam ayat ini, Ruhul Qudus kembali dikaitkan dengan proses pewahyuan, yang semakin menguatkan pendapat bahwa Ruhul Qudus adalah nama lain dari Jibril dalam konteks Islam.

Dalam Islam, Jibril adalah malaikat yang memiliki tugas utama sebagai perantara wahyu dari Allah kepada para nabi. Ia disebut dengan berbagai julukan, termasuk Ruhul Qudus dalam konteks penguatan terhadap wahyu dan para nabi. Perannya sangat sentral dalam pewahyuan Al-Qur'an kepada Nabi Muhammad , sebagaimana ia juga diutus kepada para nabi sebelumnya.

Roh Kudus dalam Kekristenan

Dalam Kekristenan, Roh Kudus (Holy Spirit atau Rūa ha-Qodesh dalam bahasa Ibrani) adalah bagian dari Trinitas, yaitu Allah Bapa, Yesus Kristus (Putra), dan Roh Kudus. Tidak seperti Gabriel yang merupakan malaikat, Roh Kudus dipandang sebagai pribadi ilahi yang memiliki peran langsung dalam penciptaan, pewahyuan, dan bimbingan rohani bagi umat Kristen.

Roh Kudus dalam Alkitab

Roh Kudus disebut dalam berbagai bagian Alkitab, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.

1.       Dalam Perjanjian Lama, Roh Kudus dipahami sebagai kekuatan Allah yang bekerja di dunia:

"Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air."
(Kejadian 1:2, TB)

Roh Kudus juga disebut sebagai pemberi hikmat dan kekuatan kepada para nabi:

"Roh TUHAN ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku."
(Yesaya 61:1, TB)

2.      Dalam Perjanjian Baru, Roh Kudus lebih eksplisit disebut sebagai bagian dari keilahian dan bekerja dalam pewahyuan serta penyertaan umat Kristen:

"Tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu."
(Yohanes 14:26, TB)

Roh Kudus juga turun kepada para rasul pada hari Pentakosta, menandai awal pelayanan mereka:

"Ketika tiba hari Pentakosta, mereka semua berkumpul di satu tempat. Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah tempat mereka duduk."
(Kisah Para Rasul 2:1-2, TB)

Peran Roh Kudus dalam Kekristenan

Dalam doktrin Kristen, Roh Kudus memiliki berbagai peran penting, termasuk:

  • Pemberi wahyu: Mengilhami para nabi dan rasul dalam menuliskan Kitab Suci.
  • Penghibur dan Penolong: Membimbing dan menguatkan orang-orang beriman.
  • Bagian dari Trinitas: Dipercaya sebagai pribadi ilahi, bukan sekadar utusan seperti malaikat.

Perbedaan Roh Kudus dengan Gabriel dalam Yudaisme

  • Roh Kudus dalam Kekristenan adalah bagian dari Tuhan, memiliki keilahian, dan aktif dalam membimbing umat.
  • Gabriel dalam Yudaisme hanya malaikat, tidak dianggap sebagai bagian dari Tuhan, dan hanya bertugas menyampaikan pesan ilahi.

Roh Kudus dalam Kekristenan memiliki peran yang jauh lebih besar dibanding Gabriel dalam Yudaisme. Roh Kudus bukan hanya pembawa wahyu, tetapi juga bagian dari Tuhan sendiri dalam konsep Trinitas. Hal ini berbeda dengan Gabriel yang hanya berfungsi sebagai malaikat penyampai wahyu, baik dalam Yudaisme maupun Islam.

Gabriel dalam Yudaisme

Dalam Yudaisme, Gabriel (Gavri'el, גַּבְרִיאֵל) adalah salah satu malaikat utama yang disebut dalam Tanakh (Alkitab Ibrani) dan berbagai literatur rabinik. Namanya berarti "Tuhan adalah kekuatanku", dan ia dikenal sebagai malaikat yang berperan dalam menyampaikan pesan ilahi serta melaksanakan kehendak Tuhan dalam dunia ini.

Gabriel dalam Tanakh

Meskipun malaikat Gabriel tidak sering disebut dalam Tanakh, ia muncul dalam Kitab Daniel sebagai makhluk surgawi yang diutus untuk memberikan pengertian kepada nabi Daniel:

"Sementara aku, Daniel, memperhatikan penglihatan itu dan berusaha memahaminya, tampaklah berdiri di depanku seorang yang rupanya seperti seorang laki-laki, dan aku mendengar suara manusia di tengah Sungai Ulai itu; ia berseru: ‘Gabriel, buatlah orang ini memahami penglihatan itu!’"
(Daniel 8:15-16, JPS Tanakh)

Dalam ayat lain, Gabriel muncul kembali untuk menjelaskan nubuat tentang 70 minggu yang berkaitan dengan pemulihan Yerusalem dan kedatangan seorang yang diurapi (Mashiach):

"Ketika aku berbicara dan berdoa ... datanglah kepadaku Gabriel, dia yang telah kulihat dalam penglihatan yang dahulu. Ia datang kepadaku pada waktu persembahan petang. Lalu ia memberi pengajaran kepadaku dan berkata: ‘Daniel, sekarang aku datang untuk memberi akal budi kepadamu dan pengertian.’"
(Daniel 9:21-22, JPS Tanakh)

Dari sini, Gabriel dipahami sebagai malaikat yang memiliki tugas untuk menjelaskan nubuat dan memberikan pemahaman kepada manusia.

Gabriel dalam Literatur Yahudi Lainnya

Dalam berbagai tulisan rabinik dan mistisisme Yahudi (Midrash dan Kabbalah), Gabriel memiliki peran yang lebih luas dibandingkan sekadar sebagai pembawa pesan:

  • Dalam Midrash Bereshit Rabbah, Gabriel disebut sebagai salah satu dari empat malaikat utama bersama Mikhael, Rafael, dan Uriel.
  • Dalam Talmud (Sanhedrin 95b), Gabriel dikisahkan sebagai malaikat yang menolong Raja Hizkia melawan tentara Asyur.
  • Dalam Zohar (teks utama Kabbalah), Gabriel dikaitkan dengan elemen api dan dianggap sebagai malaikat yang bertugas membawa penghakiman Tuhan.

Perannya dalam Menyampaikan Pesan dari Tuhan

Gabriel dalam Yudaisme terutama berfungsi sebagai utusan ilahi, tetapi berbeda dari Rūa ha-Qodesh (Roh Kudus dalam Yudaisme), yang lebih merujuk pada kehadiran atau inspirasi Tuhan yang bekerja dalam diri nabi dan orang saleh. Gabriel tidak memiliki peran sebagai penghibur atau penuntun rohani, melainkan lebih kepada penyampaian pesan dan pelaksanaan perintah Tuhan.

Perspektif Rabinik tentang Gabriel Dibandingkan dengan Malaikat Lainnya

Dalam pandangan rabinik, Gabriel memiliki perbedaan utama dengan malaikat lainnya:

  • Gabriel vs. Mikhael: Gabriel sering dikaitkan dengan penghakiman dan keadilan Tuhan, sedangkan Mikhael lebih dikaitkan dengan belas kasihan dan perlindungan Israel.
  • Gabriel vs. Rafael: Rafael lebih dikenal sebagai malaikat penyembuhan, sedangkan Gabriel lebih berperan dalam peringatan dan pewahyuan.
  • Gabriel vs. Uriel: Uriel lebih dikaitkan dengan kebijaksanaan dan iluminasi, sedangkan Gabriel lebih berperan dalam perintah eksekutif Tuhan.

Dalam Yudaisme, Gabriel adalah malaikat yang memiliki tugas utama sebagai penyampai wahyu dan pelaksana kehendak Tuhan, terutama dalam konteks penghakiman dan peringatan. Meskipun ia berperan dalam komunikasi ilahi, ia tetap dianggap sebagai makhluk ciptaan dan bukan bagian dari esensi Tuhan seperti dalam konsep Roh Kudus dalam Kekristenan.

Apakah Jibril, Gabriel, dan Roh Kudus Sosok yang Sama?

Dalam tiga agama Samawi Islam, Kristen, dan Yudaisme terdapat satu figur penting yang selalu hadir dalam momen pewahyuan Tuhan kepada manusia. Jibril dalam Islam, Gabriel dalam Yudaisme, dan Roh Kudus dalam Kekristenan sering muncul dalam peristiwa-peristiwa besar yang melibatkan nabi dan utusan Tuhan.

Meskipun penyebutan dan konsepnya berbeda, ada banyak alasan untuk meyakini bahwa mereka sebenarnya merujuk pada sosok yang sama, dengan peran utama sebagai penyampai wahyu, pembimbing rohani, dan penghubung antara Tuhan dan manusia.

a)  Kesamaan dalam Peran sebagai Penyampai Wahyu

Dalam ketiga agama Samawi, sosok ini selalu hadir dalam momen-momen penting wahyu yang diberikan kepada para nabi dan tokoh utama:

  • Dalam Islam, Jibril dikenal sebagai Malaikat Wahyu, yang menyampaikan Al-Qur'an kepada Nabi Muhammad dan membimbing para nabi sebelumnya, termasuk Ibrahim, Musa, dan Isa (Yesus).
  • Dalam Yudaisme, Gabriel hadir dalam Kitab Daniel untuk menjelaskan nubuat Tuhan dan sering disebut dalam literatur rabinik sebagai pembawa pesan ilahi.
  • Dalam Kekristenan, Roh Kudus berperan sebagai pengilham wahyu, yang membimbing para nabi dan rasul dalam menuliskan Kitab Suci serta memberikan pemahaman spiritual.

Dari segi fungsi, ketiganya berperan sebagai perantara Tuhan yang membawa pesan dan petunjuk kepada manusia, baik dalam bentuk pewahyuan langsung maupun inspirasi rohani.

b)  Roh Kudus dan Malaikat: Makhluk atau Bagian dari Tuhan?

Perbedaan utama muncul dalam bagaimana setiap agama memahami hakikat sosok ini:

  • Dalam Islam dan Yudaisme, Jibril/Gabriel adalah makhluk ciptaan, yaitu malaikat yang tunduk kepada perintah Tuhan tanpa memiliki sifat ketuhanan.
  • Dalam Kekristenan, Roh Kudus dianggap sebagai bagian dari Tuhan itu sendiri, yang bekerja secara aktif dalam membimbing umat beriman dan bukan sekadar utusan.

Namun, meskipun ada perbedaan doktrin, peran Jibril/Gabriel dan Roh Kudus tetap memiliki kesamaan mendasar, yaitu menyampaikan wahyu, membimbing manusia dalam kebenaran, dan menjadi penghubung antara Tuhan dan manusia.

c)   Nama yang Berbeda, Sosok yang Sama?

Beberapa ulama dan teolog mencoba menyatukan konsep ini dengan melihat peran Jibril/Gabriel sebagai manifestasi dari Roh Kudus dalam berbagai momen sejarah keagamaan:

  • Jibril disebut sebagai "Ruhul Qudus" dalam Al-Qur'an, yang berarti "Roh Kudus", menunjukkan bahwa ia memiliki aspek spiritual yang lebih tinggi dibandingkan malaikat lainnya.
  • Gabriel dalam Yudaisme sering dikaitkan dengan tugas membawa wahyu Tuhan, mirip dengan Roh Kudus yang memberikan ilham kepada para nabi dalam Kekristenan.
  • Roh Kudus dalam Kekristenan sering kali tidak digambarkan sebagai sosok yang terlihat, tetapi sebagai kuasa Tuhan yang bekerja dalam dunia, mirip dengan cara Jibril/Gabriel digambarkan dalam teks-teks agama lain.

Melihat dari perspektif ini, mungkinkah mereka sebenarnya sosok yang sama dengan penyebutan yang berbeda?

Jika kita melihat dari peran dan fungsi, Jibril dalam Islam, Gabriel dalam Yudaisme, dan Roh Kudus dalam Kekristenan memiliki banyak kesamaan, yaitu sebagai perantara wahyu dan pembimbing rohani.

Namun, apakah mereka benar-benar sosok yang sama atau berbeda, pada akhirnya tergantung pada keyakinan masing-masing. Islam dan Yudaisme melihatnya sebagai malaikat, sementara Kekristenan memandang Roh Kudus sebagai bagian dari Tuhan itu sendiri.

Meskipun begitu, tidak dapat disangkal bahwa mereka memiliki tugas dan peran yang serupa dalam sejarah pewahyuan agama-agama Samawi.

Jadi, guys, entah Jibril, Gabriel, atau Roh Kudus, yang jelas mereka semua punya satu kesamaan: tugasnya berat banget! Bayangin harus menyampaikan wahyu, memberi ilham, dan mungkin sesekali ngadepin manusia yang masih ngeyel. Kalau kita aja kadang malas buka chat penting, mereka harus terus siap sedia jadi ‘kurir ilahi’ sepanjang sejarah.

Tapi ya sudah lah, itu urusan mereka. Kita? Urusan kita cukup membaca, memahami, dan nggak kebanyakan debat sampai lupa makan. Ingat, sejarah itu menarik, tapi jangan sampai gara-gara bahas malaikat malah lupa kalau besok ada deadline kerjaan! 😂

Sampai jumpa di artikel selanjutnya, jangan lupa tetap waras dan bahagia~ 🚀😆

Dukung SEMESTA SEJARAH! Jika Anda menyukai artikel ini, bagikan ke teman-teman Anda atau dukung kami dengan mengikuti media sosial di bawah ini.

Baca Juga/Klik Judul :






 

Posting Komentar untuk "Jibril, Roh Kudus, dan Gabriel dalam Islam, Kristen, dan Yahudi: Sosok yang Sama atau Berbeda?"